Pages

TEKNOLOGI SALIBU UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS LAHAN DAN PENDAPATAN PETANI



        Program ketahanan pangan masih tetap bertumpu pada komoditas padi sawah, namun permasalahan paling mendasar adalah kepemilikan lahan yang sempit sehingga ushatani padi sawah kurang efisien. Untuk itu perlu terobosan teknologi dalam meningkatkan produktifitas dan efisiensi usahatani padi sawah.
         Budidaya Padi Teknologi Salibu (BPTS) adalah salah satu solusi yang memberi harapan mengatasi permasalahan tersebut. Pada BPTS, tanam hanya satu kali dan panen dapat tiga hingga empat kali, sehingga terjadi pengurangan biaya produksi seperti biaya pengolahan tanah, pembuatan persemaian dan biaya tanam. 
      Erdiman, dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat menyebutkan, Padi Salibu merupakan tanaman padi yang tumbuh lagi setelah batang sisa panen ditebas/dipangkas, tunas akan muncul dari buku yang ada di dalam tanah tunas ini akan mengeluarkan akar baru sehingga suplai hara tidak lagi tergantung pada batang lama. Tunas ini bisa membelah atau bertunas lagi seperti padi tanaman pindah biasa, inilah yang membuat pertumbuhan dan produksinya sama atau lebih tinggi dibanding tanaman pertama (ibunya).
            Lebih lanjut dijelaskan, budidaya padi salibu meningkatkan indek panen (IP), karena waktu produksi menjadi lebih pendek, hanya membutuhkan 80-90 % waktu dibandingkan tanaman pertamanya. Hal ini akan meningkatkan IP berkisar 0,5 s/d 1 /tahun, meningkatkan produktivitas tiga hingga enam ton gabah/ha/tahun setara Rp 12 s/d 24 juta/ha/ tahun.
            Secara ekonomis budidaya salibu menghemat biaya 60 % untuk pekerjaan persiapan lahan dan menanam, 30 % untuk biaya produksi, hal ini menekan biaya setara Rp. 2 s/d 3 juta/ha sekali panen. Budidaya padi salibu akan lebih ekonomis sekitar 45 % dibanding budidaya tanam pindah, hal inilah yang meningkatkan pendapatan petani.
           Namun demikian pengembangan Budidaya Padi Teknologi Salibu perlu kehati-hatian dan perlu pula  pengkajian yang mendalam dari segala aspek. Hal tersebut dikatakan oleh Wakil Menteri Pertanian Dr. Rusman Heriawan saat melakukan Panen Perdana Teknologi Budidaya Padi Salibu di Nagari Guguk Kabupaten Solok Sumatera Barat, Jumat (29/8/2014) lalu.
            Panen perdana dengan hasil ubinan mencapai 6,72 ton/ha itu, menurut Wamentan, telah dapat meyakininya bahwa teknologi ini merupakan salah satu terobosan dalam meningkatkan produksi padi di Sumatera Barat.
         Wamentan pun memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada Balitbangtan melalui BPTP Sumatera Barat yang telah bekerja keras dalam mendukung peningkatan produktivitas padi khususnya di Sumatera Barat. Sekecil apapun peningkatan tersebut pasti akan memberi kontribusi terhadap produksi beras Nasional.
            Lebih lanjut dikatakan, teknologi ini perlu dikembangkan dengan pengawasan teknologi dari BPTP Sumbar sehingga akan dapat mengantisipasi kemungkinan adanya faktor-faktor yang menyebabkan tidak efektifnya teknologi tesebut.
 





Nama               : Yulia Puspitasari
NIM                : 13497
Golongan        : B5
Kelompok       : 2

3 komentar:

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Unknown mengatakan...

Nama : Juli Permata Sari
NIM :13221
kelompok :1
Golongan : B5

Nilai Penyuluhan pada artikel Teknologi Salibu untuk Meningkatkan Produktivitas Lahan dan Pendapatan Petani
1. sumber teknologi/ide
Budidaya Padi Teknologi Salibu (BPTS) merupakan teknologi baru dalam membudidayakan padi, karena pada umumnya padi hanya dapat dipanen satu kali dalam satu musim tanaman dengan adanya teknologi salibu ini padi dapat dipanen hingga 3 sampai 4 kali.
2. sasaran
Sasaran dari teknologi baru ini adalah petani padi sawah, karena memang teknologi ini guna untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha tani padi sawah.
3. manfaat
teknologi baru yang disampaikan melalui artikel di atas dapat memberikan maanfaat bagi sasaran dari teknologi itu sendiri atau petani yaitu mengurangi biaya produksi, seperti biaya pengolahan lahan, persemaian, dan biaya tanam, serta meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani.
4.nilai pendidikan
BPTS ini menarik untuk dipelajari atau dikembangkan karena mengingat lahan untuk usaha tani semakin sempit sehingga perlu adanya efisiensi penggunaan lahan tetapi dapat meningkatkan produktivitas.

Nilai berita yang terkandung pada artikel diatas ada timeline dan important.
1. timeline
dari segi waktu informasi yang disampaikan pada artikel bersifat baru, hal ini dapat terlihat dari isi pada artikel dimana mengatakan bahwa pada tanggal 29 Agustus 2014 merupakan panen perdana padi salibu.
2. important
informasi yang disampaikan pada artikel diatas sangat dibutuhkan petani untuk menangani masalah sempitnya lahan tanam padi. seperti pada isi artikel bahwa Budidaya Padi Teknologi Salibu (BPTS) adalah salah satu solusi yang memberi harapan mengatasi permasalahan tersebut.

Posting Komentar